Ibadah

4 Keadaan Boleh Mendoakan Orang Bukan Islam

Oleh Abu Basyer  •  9 Jan 2016  •  8 min baca

Terdapat empat keadaan adakah boleh kita mendoakan kepada orang bukan Islam. Perkara-perkara tersebut adalah seperti berikut :

#1 Mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah

Para Ulama telah sepakat (Ijma’) akan bolehnya hal ini, diantara dalilnya adalah hadits berikutAbu Hurairah RA mengatakan: (Suatu hari) At-Thufail dan para sahabatnya datang, mereka mengatakan:

“Ya Rasulullah, Kabilah Daus benar-benar telah kufur dan menolak (dakwah Islam), maka doakanlah keburukan untuk mereka! Maka ada yg mengatakan: “Mampuslah kabilah Daus”.

Lalu baginda mengatakan: “Ya Allah, berikanlah hidayah kepada Kabilah Daus, dan datangkanlah mereka (kepadaku). Hadith Riwayat Bukhari & Muslim

Hadits berikut juga menunjukkan bolehnya mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah,Abu Musa RA mengatakan:

“Dahulu Kaum Yahudi biasa berpura-pura bersin di dekat Nabi SAW, mereka berharap baginda mahu mengucapkan doa untuk mereka “yarhamukallah (semoga Allah merahmati kalian)”,

maka baginda mengatakan doa: “yahdikumullah wa yushlihabalakum (semoga Allah memberi hidayah kepada kalian, dan memperbaiki keadaan kalian)” Hadith Riwayat Tirmidzi

#2 Mendoakan kebaikan dalam perkara dunia

Hal ini dibolehkan kerana adanya contoh dari Rasulullah SAW, lihatlah dalam hadis di atas, baginda mendoakan kepada Kaum Yahudi:

“Semoga Allah memberi kalian hidayah, dan memperbaiki keadaan kalian”

Ada juga ikrar (persetujuan) Rasulullah SAW dalam hal ini, Abu Said al-Khudri mengatakan:

(Suatu saat) Rasulullah SAW menugaskan kami dalam Sariyyah (pasukan kecil), lalu kami singgah di suatu kaum, dan kami meminta mereka agar menjamu kami tapi mereka menolaknya. Lalu pemimpin mereka terkena sengatan haiwan, maka mereka mendatangi kami, dan mengatakan:

“Adakah diantara kalian yg boleh meruqyah sakit kerana sengatan Kala jengking?”. Maka ku jawab: “Ya, aku boleh, tapi aku tidak akan meruqyahnya kecuali kalian memberi kami kambing”. Mereka mengatakan: “Kami akan memberikan 30 kambing kepada kalian”.

Maka kami menerima tawaran itu, dan aku bacakan kepada (pemimpin)nya surat Alhamdulilah sebanyak 7 kali, maka ia pun sembuh, dan kami terima imbalan (30) kambing.

Abu Sa’id mengatakan: Lalu ada sesuatu yg mengganjal di hati kami (dari langkah ini), maka kami mengatakan: “Jangan tergesa-gesa (dengan upah kambing ini), sampai kalian mendatangi Rasulullah SAW.

Abu sa’id mengatakan: Maka ketika kami mendatangi baginda, aku menyebutkan apa yg telah kulakukan. Baginda mengatakan: “Dari mana kau tahu, bahawa (Alfatihah) itu Ruqyah?, ambillah kambingnya dan berilah aku bagian darinya”. Hadith Riwayat Tirmidzi, Bukhari & Muslim

Hadits ini menjelaskan bolehnya kita me-ruqyah orang kafir agar sakitnya sembuh, dan ini merupakan bentuk dari tindakan mendoakan kebaikan untuk mereka dalam urusan dunia. Tidak salah kita mendoakan kesembuhan mereka jika mereka sakit.

Diantara dalil dalam masalah ini adalah dibolehkannya kita menjawab salamnya orang kafir, walaupun bolehnya hanya seringkas “wa’alaikum“, sebagaimana sabda Nabi SAW:

“Jika seorang Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) mengucapkan salam kepada kalian, maka jawablah dengan ucapan: “Wa’alaikum“. Hadith Riwayat Bukhari & Muslim

Ada juga contoh dari salah seorang Sahabat Nabi dalam masalah ini:

Uqbah bin Amir al-Juhani RA menceritakan: bahawa dia pernah berpapasan dengan seseorang yang gayanya seperti muslim, lalu orang tersebut memberi salam kepadanya, maka ia pun menjawabnya dengan ucapan:

“Wa’alaika wa rahmatullah wabarakatuh”. Maka pelayannya mengatakan padanya:

Dia itu seorang Nasrani! Lalu Uqbah pun beranjak dan mengikutinya hingga ia mendapatkannya, maka ia mengatakan:

“Sesungguhnya rahmat dan berkah Allah itu untuk Kaum Mukminin, akan tetapi semoga Allah memanjangkan umurmu, dan memperbanyak harta dan anakmu” Hadith Riwayat Bukhari

Banyak ulama yg memberi batasan: bahwa orang kafir yg didoakan kebaikan, harus bukan dalam kategori kafir harbi (yakni kafir yg memerangi Kaum Muslimin) dan ini sangatlah tepat. Syeikh Albani RA mengatakan:

Akan tetapi, orang yg mendoakan kebaikan harus memperhatikan, bahawa orang kafir tersebut bukanlah musuh (perang) bagi Kaum Muslimin. Ta’liq Kitab Adab Mufrod 1/430

#3 Mendoakan agar dosa mereka diampuni, setelah mereka mati dalam keadaan kafir

Para ulama telah sepakat (Ijma’) bahawa hal ini diharamkan, Imam Nawawi RA mengatakan:

“Adapun menyolati orang kafir, dan mendoakan agar diampuni dosanya, maka ini merupakan perbuatan haram, berdasarkan nas al-Quran dan Ijma’. al-Majmu’ 5/120)

Ibnu Taimiyah RA juga mengatakan:

Sesungguhnya memintakan maghfiroh untuk orang-orang kafir tidak dibolehkan, berdasarkan Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’. Majmu’ul Fatawa 12/489

Dan dalil paling tegas dalam masalah ini adalah firman Allah Ta’ala:

“Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) Jahim.” Surah at-Taubah ayat 113

#4 Mendoakan agar diampuni dosanya ketika mereka masih hidup

Hal ini dibolehkan dengan Dalil hadits berikut:

Abdullah bin Mas’ud mengatakan:

“Seakan-akan aku sekarang melihat Nabi SAW bercerita tentang seorang Nabi, yang dipukul oleh kaumnya hingga bercucur darah, dan ia mengusap darah tersebut dari wajahnya, tetapi ia tetap mengatakan:

“Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak tahu”. Hadith Riwayat Bukhari 3477

Memang Hadis ini tidak tegas mengatakan bahawa Nabi yang mendoakan ampunan tersebut adalah Nabi Muhammad SAW. Namun ada riwayat lain yg tegas mengatakan bahawa doa tersebut juga diucapkan oleh Nabi kita Muhammad SAW kepada kaumnya yg masih kafir:

Sahal bin sa’ad mengatakan:

Aku telah menyaksikan Nabi SAW saat gigi serinya patah, wajahnya terluka, dan helmet perang di kepalanya pecah, sungguh aku juga tahu siapa yg mencuci darah dari wajahnya, siapa yang mendatangkan air kepadanya, dan apa yang ditempatkan dilukanya hingga darahnya mampet.

Dia adalah Fatimah puteri Muhammad utusan Allah yang mencuci darah dari wajah, dan Ali RA yang mendatangkan air dalam perisai, maka ketika Fatimah mencuci darah dari wajah ayahnya, dia membakar tikar, sehingga ketika telah menjadi abu, ia mengambil abu itu, lalu menaruhnya di wajah baginda, hingga darahnya mampet.

Ketika itu baginda mengatakan: “Telah memuncak kemurkaan Allah atas kaum yang melukai wajah Rasulullah”, lalu baginda diam sebentar, dan mengatakan: “Ya Allah ampunilah kaumku, kerana sesungguhnya mereka itu tidak tahu”. Hadith Riwayat Tobaroni

Diantara dalil dalam masalah ini adalah Mafhum Mukholafah dari firman Allah berikut:

Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) jahim.

Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapanya, tidak lain hanyalah kerana suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapanya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahawa bapanya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya.

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. Surah at-Taubah ayat 113-114

Ayat ini mengaitkan “larangan memintakan ampun untuk Kaum Musyrikin”, dengan keadaan “sesudah jelas bagi mereka bahawa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka”.

Sehingga sebelum jelas menjadi penghuni neraka, boleh di mintakan ampun. Dan telah shohih dari Ibnu Abbas, bahawa maksud dari firman Allah yg ertinya:

“Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapanya itu adalah musuh Allah” adalah “setelah mati dalam keadaan kufur”. Sehingga sebelum kematiannya, masih boleh dimintakan ampun.

Berikut Atsar dari Ibnu Abbas tersebut, Sa’id bin Jubair mengatakan:

Ada salah seorang ayah meninggal, dan dia seorang Yahudi, sehingga putranya (yang muslim) tidak mengikuti (jenazah)nya, lalu hal itu diceritakan kepada Ibnu Abbas, maka beliau mengatakan:

“Tidak sepatutnya ia melakukannya, (alangkah baiknya) apabila ia memandikannya, mengikuti (jenazah)nya, dan memintakan ampun baginya ketika masih hidup… kemudian Ibnu Abbas membaca ayat (yg artinya):

“Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapanya itu adalah musuh Allah, ia pun berlepas diri darinya”, maksudnya: “ketika ia mati dalam keadaan kafir”. Mushonnaf Abdurrozzaq 6/39

Dan kesimpulan bolehnya memintakan ampun bagi orang-orang kafir selama masih hidup ini, juga banyak dinyatakan oleh para ulama, diantaranya:

Imam At-Thobari RA, beliau mengatakan dalam tafsirnya:

Sekelompok ulama’ telah menafsiri firman Allah (yg ertinya):

Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya)…

Hingga akhir ayat; bahawa larangan dari Allah untuk memintakan ampun bagi kaum musyrikin adalah setelah matinya mereka (dalam keadaan kafir), kerana firman-Nya (yg ertinya):

“Sesudah jelas bagi mereka, bahawasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) jahim”.

Mereka mengatakan: “alasannya, kerana tidak ada yg boleh memastikan (bahawa dia ahli neraka), kecuali setelah ia mati dalam kekafirannya, adapun saat ia masih hidup, maka tidak ada yang boleh mengetahui hal itu, sehingga dibolehkan bagi Kaum Mukminin untuk memintakan ampun bagi mereka. Dan inilah pendapat yg dipilih oleh beliau dalam tafsirnya. (lihat Tafsir Thobari 12/28)

Imam Al-Qurtubi juga mengatakan dalam tafsirnya:

Banyak ulama mengatakan:

“Tidak mengapa bagi seorang (muslim) mendoakan kedua orang tuanya yg kafir, dan memintakan ampun bagi keduanya selama mereka masih hidup. Adapun orang yg sudah meninggal, maka telah terputus harapan (untuk diampuni dosanya)”.

Ibnu Abbas mengatakan:

“Dahulu orang-orang memintakan ampun untuk orang-orang mati mereka, lalu turunlah ayat, maka mereka berhenti dari memintakan ampun. Namun mereka tidak dilarang untuk memintakan ampun bagi orang-orang yg masih hidup hingga mereka meninggal”. Tafsir Qurtubi 10/400

Inilah pendapat paling kuat dalam masalah ini, kerana bersandarkan dalil dari Al-Qur’an, Hadits, dan perkataan Sahabat kerana banyak dari kalangan ulama, memilih pendapat ini. Namun ada dua hal yg perlu digaris bawahi di sini:

1. Bahwa yg lebih afdhol adalah mendoakan orang yg kafir agar diberikan hidayah masuk Islam… Kerana inilah yang sering dilakukan oleh Nabi SAW, dan inilah yg telah disepakati bolehnya oleh para ulama.

2. Ampunan yg sempurna tidak akan diberikan kepada orang kafir, selama dia masih kafir. Sehingga erti dari doa meminta ampunan untuk mereka adalah: ampunan dari sebagian dosa selain kesyirikan dan kekafirannya, atau ampunan untuk semua dosanya dengan jalan diberi hidayah dahulu untuk masuk Islam.


Kongsikan Artikel Ini

Nabi Muhammad s.a.w berpesan, “sampaikanlah dariku walau satu ayat” dan “setiap kebaikan adalah sedekah.” Apabila anda kongsikan artikel ini, ia juga adalah sebahagian dari dakwah dan sedekah. Insyallah lebih ramai yang akan mendapat manafaat.

Abu Basyer

Berminat dengan kerja-kerja dakwah dan tarbiyyah melalui tulisan terhadap semua peringkat dalam masyarakat umum umat Islam. Semoga dengan sumbangan yang sedikit ini dapat membantu kerja-kerja dakwah untuk menyedarkan masyarakat.

Kempen Dakwah Digital

Boleh Sumbangkan RM50 Untuk Dakwah?

Bantu kami untuk mengerakkan platform dakwah digital ini dengan menerbitkan konten-konten Islamik yang mampu menyentuh jiwa insan lain agar berubah menjadi lebih baik.

Langgan Siri Tazkirah

Dapatkan siri informasi islamik yang ringan dan santai terus kepada emel anda setiap minggu dengan mengisi emel anda di bawah.

Ikuti Kami